Mengenal Kisah Sunan Kudus, Wali Songo dari Ustmaniah

Kerajaan Demak sangat berkaitan dengan Wali Songo. Salah satu tokoh Wali Songo yang berasal dari keluarga bangsawan Demak adalah Sunan Kudus. Sangat menarik untuk membahas kisah Sunan Kudus dan bagaimana beliau berdakwah.

Apalagi beliau lahir tidak di tanah Jawa. Beliau lahir pada tahun 1500 Masehi di kawasan Kekaisaran Ustmaniyah. Wilayah tersebut kini masuk ke daerah Palestina. Untuk tahu lebih detail tentang kisah Sunan Kudus, simak ulasan di bawah ini.

Mengulik Kisah Sunan Kudus yang Bersejarah

Dakwah Sunan Kudus di tanah Jawa tidaklah mudah. Hal ini didasari atas kentalnya budaya nenek moyang yang dipegang oleh masyarakat di sekitar. Tentu dengan pendekatan yang humanis, membuahkan keberhasilan dakwah. Simak kisah selengkapnya berikut ini.

  1. Asal-usul Keluarga

Sunan Kudus merupakan putra dari Sunan Ngundung atau Sayyid Utsman Haji dengan Syarifah. Ibu Sunan Kudus sendiri merupakan putri Sunan Ampel. Berarti, Sunan Kudus masih memiliki kekerabatan erat dengan Wali Songo lainnya yaitu Sunan Ampel.

Saat kecil, beliau diberi nama Ja’far Shodiq. Salah satu keistimewaan nasab beliau adalah masih keturunan Nabi Muhammad Shalllahu ‘alaihi wa Sallam. Nasab beliau sampai ke Rasullullah melalui jalur Husain putra Ali bin Abi Thalib.

  1. Terjun ke Politik untuk Menyebarkan Islam

Kemampuan politik Sunan Kudus didapatkannya dari Sang Ayah. Ayah beliau merupakan panglima Kesultanan Demak yang begitu loyal. Setelah ayah beliau wafat, posisi panglima kesultanan kemudian diemban beliau.

Dunia politik di kesultanan dimanfaatkan beliau sebaik mungkin. Sunan Kudus menggunakan posisi tersebut untuk menyebarkan islam di tanah Demak. Jabatan Imam Besar Masjid Agung Demak pun diraihnya. Tak hanya itu, hakim kerajaan juga menjadi pekerjaan lain yang dimiliki Sunan Kudus.

  1. Pensiun dari Politik

Ja’far Shadiq atau Sunan Kudus begitu amanah dalam mengemban tugas politik maupun dakwah. Akan tetapi, perselisihan internal kerajaan mengharuskannya untuk pindah ke Tajug. Perpindahan tersebut diiringi dengan pensiunnya Sunan Kudus dari kancah politik.

Berada di Tajug, Ja’far Shadiq fokus mendekati masyarakat untuk berdakwah. Pendekatan seni dan budaya diusung beliau dalam berdakwah. Masyarakat Tajug dirangkul pelan-pelan sehingga memperoleh simpatik masyarakat.

Wafatnya Sunan Kudus

Sunan Kudus merupakan sosok yang begitu disegani masyarakat. Keberhasilannya dalam dakwah tak lepas dari kesabaran serta sikap toleransi yang dimilikinya. Membahas kisah Sunan Kudus pun belum lengkap tanpa mengetahui wafatnya beliau. Ini ulasan lengkapnya.

  1. Penggantian Nama Wilayah Tajug

Jika Sunan lainnya membuat karya seni seperti tembang macapat, berbeda dengan Sunan Kudus. Beliau fokus berdakwah dan memusatkan dakwahnya di Tajug. Daerah tersebut pun pada akhirnya diganti namanya menjadi Kudus.

Penggantian nama wilayah ini dilakukan oleh Sunan Kudus dan disetujui masyarakat sekitar. Tajug diganti menjadi Kudus yang merupakan serapan dari kata Al-Quds yang merupakan kota suci Palestina, kampung halaman beliau.

Penggantian nama ini membuat nama asli Ja’far Shodiq lebih dikenal dengan sebutan Sunan Kudus. Wilayah dakwahnya semakin dikembangkan dengan akulturasi budaya. Hal ini semakin berdampak positif bagi lajunya dakwah sebelum beliau wafat.

  1. Kondisi Saat Wafat

Sunan Kudus wafat pada tahun 1550 Masehi di wilayah Kudus. Kondisi beliau saat meninggal sangatlah mulia. Tokoh Wali Sanga ini meninggal dalam keadaan sujud tatkala menjadi imam sholat subuh.

Meninggal di Masjid Menara Kudus yang dibangun beliau memberikan kesedihan yang begitu mendalam. Beliau kemudian dimakamkan di area Masjid Menara Kudus, tepatnya di belakang bangunan utama. Hingga saat ini area tersebut ramai dikunjungi banyak orang untuk berziarah maupun napak tilas.

Ada banyak hal menarik yang bisa diambil dari kisah Sunan Kudus. Salah satunya bagaimana sikap sabar dan toleransi beliau dalam menyebarkan agama islam. Tanpa kekerasan, ternyata bisa meluluhkan hati banyak masyarakat untuk memeluk agama tauhid ini.